Menjalani Operasi Tulang Belakang (Laminectomy) – Sebuah Testimoni Penderita Chiari-Malformation Type I

Menjalani Operasi Tulang Belakang (Laminectomy) – Sebuah Testimoni Penderita Chiari-Malformation Type I

9 September 2010 saya menjalani pemeriksaan MRI di RS Boromeus Bandung, dokter yang menganalisa hasil MRI saya adalah dr. Tan Siauw Koan SpRad, salah seorang yang hebat dibidangnya.  Saking sibuknya, dokter yang satu ini tidak bisa lagi melayani pasien untuk konsultasi.

15 September 2010, ambil hasil MRI dan konsul ke dr. Bing Haryono SpS di RS Immanuel Bandung, dari situ baru tahu kalau saya mengidap chiari-malformation type I  yang disertai shyringomyelia.  Kemudian saya dirujuk ke dokter spesialis bedah orthopedi spinal, tapi saya tidak menemuinya.

Mulai saat itu saya berusaha untuk mengumpulkan keberanian menghadapi tindakan operasi / surgery dan mencari semua informasi dari internet yang berkaitan dengan chiari-malformation type I.  Dari beberapa literatur yang saya baca, semuanya mengarahkan bahwa treatment untuk kasus ini adalah dengan melakukan tindakan surgery oleh neuro-surgereon.  Makanya saya tidak mendatangi dokter spesialis bedah orthopedi spinal, seperti yang di rekomendasikan oleh dokter saraf saya itu.

*) Gambar diambil dari http://www.mayoclinic.com

Apa itu chiari-malformation type I ?   Chiari-malformation type I adalah semacam kalainan bawaan, dimana cereberal-tonsil (bagian dari otak kecil) turun di bawah foramen-magnum (lubang kecil di bagian bawah tulang tengkorak, tempat keluarnya spinal-cord).  Semacam herniasi otak kecil di saluran sumsum tulang belakang, sehingga menimbulkan tekanan di sumsum atau spinal-cord tersebut.  Hal inilah yang menyebabkan timbulnya shyring di bagian lain sumsum tulang belakang.

27 September 2010, konsultasi ke dokter spesialis saraf di RSPAD Gatot Subroto Jakarta (dr. Tugas SpS), diberi tahu apa itu shyringomyelia dan kenapa hal ini bisa terjadi.

28 September 2010, konsultasi ke dokter spesialis bedah saraf di RS St. Boromeus Bandung (dr. Beny Atmaja SpBS), diberi tahu treatment yang akan ditempuh, penjelasan mengenai efek-efek shyringomyelia.  Ternyata dalam sumsum tulang belakang banyak urat saraf yang bersliweran, sehingga timbulnya shyring dapat mengganggu urat-urat saraf tersebut.  Dan bila pada satu bagian shyring tersebut membesar (sampai ukuran diameternya sama dengan diameter sum-sum tulang belakang), resikonya bisa menimbulkan kelumpuhan.  Kerusakan saraf yang disebabkan oleh shyring bersifat permanen dan berjalan sangat lambat, semoga shyring yang ada di sumsum tulang belakang saya belum sampai merusak sistem saraf di tubuh saya.

*) Gambar diambil dari http://www.mayoclinic.com

2 Oktober 2010, konsultasi dengan dokter spesialis bedah saraf RSPAD Gatot Subroto (dr. Djoko Riadi SpBS), treatment yang akan diambil oleh dokter ini sama persis dengan apa yang akan dilakukan oleh dr. Beny AW SpBS.

5 Oktober 2010, saya kembali ke dr. Beny AW SpBS, saya putuskan untuk melakukan tindakan surgery dengan beliau di RS St. Borromeus.  Saat itu saya buat jadwal untuk tindakan surgery seminggu kemudian, perkiraan saya sekitar tanggal 13 Oktober 2010.  Dan beliau sepakat.

Mulai hari itu, sampai tanggal 11 Oktober 2010, saya menyelesaikan semua administrasi di kantor agar tindakan operasi dapat dilakukan di Bandung, tepatnya di RS St. Borromeus.  Di tanggal 11 itu pula, saya sudah mulai ’booking kamar’ di Borromeus.  Namun saya baru bisa masuk kamar tanggal 12 Oktober 2010 jam 14.30.  Seorang yang nampak sehat dan ’gagah perkasa’ masuk ke ruang opname 😀 untuk menjalani operasi tulang belakang, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh saya.

Karena sudah terlalu sore dan saya baru bisa bertemu dengan dr. Beny SpBS pada pukul 23.00, akhirnya kami sepakati tindakan surgery diundur satu hari menjadi tanggal 14 Oktober 2010 jam 13.00 WIB.  Tanggal 13 Oktober 2010 digunakan untuk pemeriksaan dan persiapan pra-surgery.   Untuk penanganan pra dan pasca operasi, saya diminta untuk menentukan dokter spesialis penyakit dalam, dan saya memilih dr. H. Edwin Setiabudhi SpD.

Akhinya, tibalah saat yang sudah kami sepakati.  14 Oktober 2010 jam 13.00 saya mulai didorong ke ruang operasi.  Secara singkat, operasi yang akan saya jalani adalah posterior-fossa-craniectomy, cervical laminectomy dan menambal dura (selaput pelindung cairan otak, yaitu pelindung otak yang paling luar sebelum tulang tengkorak).  Secara keseluruhan, dapat disebut ’decompresi’ atau kalau dokter lain menyebutnya laminectomy yang bertujuan untuk mengurangi tekanan cereberal-tonsil ke arah spinal-cord.  Menyebut laminectomy, ternyata sebuah operasi besar yang sangat beresiko.  Padahal saya beranggapan bahwa operasi ini tidak akan berisiko, nyatanya justru lain.  Sehari sebelum masuk opname, salah seorang dokter perusahaan mengingatkan aku, apakah sudah benar-benar dipikirkan ?  Karena resiko yang akan dihadapi adalah kegagalan fungsi / sistem pernafasan, akibat terjadinya trauma di sekitar cervical (C-1).  Kalau sistem pernafasan sudah berhenti…berarti sudah tidak jauh dari yang namanya kematian. Hi… makin tambah takut.  Tindakan operasi baru dilakukan sekitar jam 14.30, namun jam 14.00 saya sudah tidak ingat apa-apa lagi, lha wong sudah dibius total.  Segala doa saya panjatkan sebelum operasi, agar oprasi berjalan lancar dan sukses dan yang terpenting saya bisa sadar kembali dari ketidaksadaran saya saat operasi.  Sekitar jam 17.00 operasi selesai, dokter sudah menghubungi keluarga saya yang menuggu di luar ruang operasi.  Tapi saya masih belum sadarkan diri.  Begitu saya sadar, tim di ruang operasi memberitahu, kalau operasi sudah selesai, dan saya panjatkan ’doa bangun tidur paling berarti dalam hidup ku’.  Dokter mengatakan bahwa sekitar 30 menit lagi saya akan dipindahkan ke ruang perawatan.  Namun hampir 3 jam saya belum juga dipindahkan ke dari ruang operasi, malah harus menjalani observasi dulu di ruang khusus.  Keluarga bertambah shock mendengar hal ini.  Saya keluar dari ruang operasi sekitar pukul 19.45 dan di-observasi di ruangan stroke unit.  Observasi bisa berlangsung satu atau dua hari, tergantung kondisi tubuh saya.

Keesokan harinya, 15 Oktober 2010 pagi, dokter penyakit dalam saya datang untuk visite, beliau menyalami saya sambil mengatakan : “Hebat…Mantap…!”  Saya belum mengerti maksud perkataannya tersebut, namun beliau menyatakan bahwa masa observasi saya sudah lewat, saya bisa segera dipindahkan ke ruang perawatan.  Tidak lama kemudian dokter bedah saraf saya juga datang untuk visite, saya sampaikan terima kasih yang tak terhingga, sejujurnya inilah ungkapan terima kasih paling tulus yang pernah saya ucapkan (selain kepada kedua orang tua ku).  Experience dan profesionalitas dr. Beny lah yang membuat saya bisa menjalani operasi dengan lancar, sukses dan tentunya saya masih bisa selamat dari resiko berat operasi yang telah saya jalani ini.  Bebarapa kejadian penting yang bisa saya ingat selama di ruang observasi adalah, saat alarm berbunyi yang menandakan bahwa saya tidak menghirup nafas untuk jangka waktu yang cukup lama (minimal 10 kali tarikan nafas dalam satu menit).  Hal ini terjadi sebanyak tiga kali, dan yang terakhir saya tidak menghirup nafas sekitar 20 detik.  Akhirnya sore itu saya pindah kembali ke ruang perawatan.

Tanggal 16 Oktober 2010 pagi, dokter penyakit dalam saya visite ke ruang perawatan.  Kali ini beliau cerita, kenapa saya harus melalui masa observasi pasca operasi.  Ternyata beliau lah yang menginginkan hal itu.  Sebab beliau punya pengalaman buruk, beberapa tahun lalu rekannya menjalani operasi yang hampir sama dengan yang saya jalani.  Rekannya tersebut menjalani operasi laminectomy, setelah operasinya dinyatakan selesai, ternyata terjadi pendarahan dan hal ini tidak diketahui, hingga akhirnya meninggal dunia.  Itulah sebabnya saya harus menjalani masa observasi, ditambah lagi dokter bedah saraf saya tidak meminta persedian darah selama operasi dan setelah operasi.  Dokter penyakit dalam saya, agak riskan dengan hal ini, walaupun beliau cukup kagum dengan profesionalitas dokter bedah saraf saya.  Dan ungkapan “Hebat … Mantap…!” yang disampaikannya hari kemarin, sepertinya beliau tujukan untuk dokter bedah saraf saya itu.  Beliau menambahkan lagi, bahwa selain beresiko terjadinya pendarahan, beliau juga sepakat bahwa operasi ini bisa menyebabkan kegagalan sistem pernafasan dan juga jantung.  In case terjadi trauma, bisa dibayangin kalau yang terjadi kegagalan sistem pernafasan atau jantung tiba-tiba berhenti…  Semua berujung pada kematian…  Dan beruntung, saya bisa melalui semuanya dengan selamat.  Dan semoga tidak akan timbul resiko atau komplikasi lain akibat dari operasi yang saya jalani ini, di masa yang akan datang.

Aku menjalani perawatan di rumah sakit sampai dengan hari ke-7 pasca operasi, setelah semua jahitan dilepas dari luka bekas operasi.  Saat ini saya masih menjalani masa pemulihan di rumah, rencananya tanggal 1 Nopember 2010 nanti saya akan memulai aktivitas saya kembali untuk bekerja di kantor.  Walaupun saat ini rasanya saya belum 100 % pulih, karena masih terasa sakit di leher saya bila terlalu lama tegak (duduk atau pub berdiri), namun saya akan mencoba untuk memaksimalkan sisa waktu istirahat saya agar saat memulai bekerja nanti, saya sudah benar-benar fit.

Dari hasil yang saya peroleh dalam kasus saya ini, ada beberapa point penting yang ingin saya sampaikan kepada orang lain, terutama bagi sesama penderita chiari-malformation type I :

  1. Saya merasa beruntung karena hasil MRI saya dibaca oleh dr. Tan Siauw Koan SpRad.  Kasus yang saya alami adalah kasus yang sangat langka, dimana peluang terjadinya antara 1 : 1000 s/d 1 : 5000.  Namun beliau dapat memberikan diagnosa yang tepat dan rinci mengenai kasus yang saya alami, lengkap dengan ukuran herniasi dan besarnya diameter shyring yang ada di sumsum tulang belakang saya.
  2. Saya juga pantas merasa beruntung karena memilih dr. Beny Atmaja W. SpBS.  Profesionalitas dan experience beliau dalam menangani kasus chiari-malformation type I, telah membuat operasi yang saya jalani bisa berjalan dengan lancar dan sukses.

Pemilihan dokter yang tepat, akan sangat menentukan hasil diagnose dan treatment dari kasus / penyakit yang kita derita.

Semakin maju ilmu kedokteran, akan semakin meningkatkan kualitas hidup umat manusia.  Karena untuk itulah tujuan ilmu kedokteran…

Dan setiap hari saya terbangun dari tidur, selalu saya berharap agar kualitas hidup saya menjadi semakin baik….  Amien…!

Terakhir, saya bukanlah seorang dokter, apabila ada istilah atau persepsi saya yang keliru tentang kasus yang saya alami ini, mohon dimaafkan.  Dan semoga testimoni ini berguna buat saya dan orang lain, yang kemungkinan menghadapi kasus chiari-malformation type I.

Tidak lupa ucapan terima kasih saya kepada kedua orang tua dan keluarga saya, semua dokter yang terlibat dalam menangani kasus saya, dan semua rekan / handai taulan yang telah memberikan doa dan dukungan kepada saya sehingga saya bisa melewati semua yang saya alami dengan lancar dan sukses.  Segala puji saya panjatkan kehadirat Allah swt, atas segala limpahan karunia, rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sekeluarga.

Dalam tulisan ini saya memuat beberapa nama dokter atau rumah sakit yang menangani kasus saya, tidak ada maksud apa pun dari semua tulisan ini, selain saya ingin berbagi dengan orang lain yang mungkin mengalami kasus yang sama dengan yang saya alami.  Karena saat saya mencari informasi mengenai kasus chiari-malformation ini, sangat jarang testimony yang ditulis oleh orang Indonesia. Dan apabila ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.  Sekali lagi, semoga berguna dan bermanfaat.

40 Tanggapan to “Menjalani Operasi Tulang Belakang (Laminectomy) – Sebuah Testimoni Penderita Chiari-Malformation Type I”

  1. pruvita Says:

    nice info…semoga bermanfaat bagi yg membutuhkan.

  2. Gunawan Says:

    Mas Gomby,

    Bagaimana kondisi sekarang? mudah-mudahan semakin membaik

    28 Desember 2009 lalu saya menjalani operasi serupa. Boleh kita diskusi lebih banyak?

    Tks
    Gunawan Bekasi

  3. gomby Says:

    Alhamdulillah sudah lumayan Mas Gunawan. Kondisi Mas Gunawan sendiri gimana ?

  4. ardi Says:

    terima kasih atas infonya, hari ini salah satu teman kami juga menjalani operasi yang sama, mohon doanya diberi kemudahan dan kelancaran operasinya.

  5. ginna Says:

    Pak saya juga penderita arnold chiari.saya sudah operasi 2 minggu yang lalu.tapi masih terasa gejala2 yang sama seperti sblm operasi.bisa saya tau no bapak yang bisa di hubungi?saya ingin tau keadaan bapak pasca operasi tersebut..tks

    • gomby Says:

      Nama saya Bambang Mujiono, boleh saya tahu akun facebooknya ? di FB ada group sesama penderita AM 1, adminnya Gunawan Setiadi, nanti saya add di group itu. Terima kasih & semoga lekas sehat kembali.

  6. ning Says:

    thank you for sharing Pak Bambang… cukup menambah pengetahuan saya yg sedang haus informasi tentang hal ini..

  7. Faerita AS Says:

    trimakasih mas..
    pasca operasi,fungsi pernafasan dan jantung yg tdk stabil atau tdk berfungsi,sangat membuat tdk nyaman.
    Apa ada recomend RS mana yg bagus n qulified untk melakukan operasi?
    Keluarga menyarankan di RS Pusat Pertamina Jkt

    • gomby Says:

      Klu masalah bedah saraf, yang menentukan ada 2 hal Mbak. 1. Dokter yang menangani. 2. Peralatan dari RS. Contoh, Dr. Eka (RS Siloam) banyak pengalaman pembedahan otak, karena didukung oleh peralatan yang lengkap. Dua orang rekan saya, sama2 dibedah di RSPAD Gatot Subroto dengan dokter yang berbeda, salah satu pakai shunt sedang satu lagi tidak.
      Dan tidak ada salahnya untuk mencari second opinion, klu baca di wikipedia, operasi decompresi kasus Chiari sudah bisa dilakukan dengan metoda minimum insisi, tapi baru dilakukan di Amerika 😀

  8. yudi Says:

    saya di diagnosis menderita chiari, tonsil 6,8 mm, biasakah saya mendapatkan informasi selengkapnya dari pak bambang.. kalau bisa saya di beri no telfon dari pak bambang, saya ingin sharing mohon untuk dikirim ke email saya p_yudi_p@yahoo.co.id

  9. Risa Says:

    like…. smoga makin membaik yah pak…:)

  10. emi titik yami yani Says:

    Sya juga 2 minggu yang lalu menjalani oprasi tulang belakang, hanya kasusnya mamang tidak sekompleksa yang disebautkan diatas, alhamdulilah derita saraf kejepit yang menyakitkan dan membuat kualitas hidup menurun jadi membaik dan segala derita hilang.

  11. Iwan Gunawan Says:

    Buat mbak emi,saya mau tanya mhn di jawab ya mbak,mbak emi di oprasi di mana mbak,terus resiko nya apa aja,karna istri sy pun kena sarap kejepit mbak,mhn info nya untuk berbagi pengalaman mbak,makasih

    • emi titik yami yani Says:

      Maaf mas, saya baru baca tulisan ini, Saya operasi di RS Orthopedi Dr. Suharso Solo, waktu perawatan 5 hari dan waktu pemulihan sekitar 3 minggu, tapi benar benar bisa beraktifitas biasa sekitar 2 bulan. Hasil nyata adalah rasa sakit yang sangat menyakitkan hilang.

  12. Irfan Says:

    Nama saya Irfan. alamat Kartasura . Bapak saya Sakit kalau jalan kedua kaki terasa panas dan pegel. dari hasil MRI ada tulang belakang No 35 tidak beres solusi hrs operasi yg Nangani Prof Respati. pernah ke Dr tunjung jangan mau kalau ada yg operasi hasilnya gagal 99%. sudah terapi 8 blm hasilnya lambat sekali . Mohon solusinya Makasih sebelumnya

  13. gomby Says:

    @Mas Irfan, maaf baru sempat balas. Sebaiknya coba cari second opinion. Jika masih bisa diusahakan untuk tidak operasi, mungkin itu lebih baik. Di Jogja ada dokter bedah saraf yang bagus, klu tidak salah dr. edy basuki.

  14. dian sundari (FB : dian olly) Says:

    Mas Gomby, selamat yaa saya turut senang mas Gomby sekarang sudah sehat kembali.

    Kakak saya tulang C4-C5 lehernya patah karena kecelakaan mobil di tol Purbaleunyi. Tindakan yang sudah diambil (07 & 8 Des 2013 )yaitu traksi dan operasi fusi tulang leher (ACDF), sewaktu selesai operasi, ketua Tim Dokternya bilang operasi berjalan lancar, tidak ada komplikasi. Ventilator di mulut sudah sempat di lepas di hari ke 3,4,5 pasca operasi. Hari ke 6 kondisinya memburuk, ventilator dipasang lagi. Hari ke 7 sampai sekarang kondisinya masih koma (sudah 30 hari di ICU RSHS Bandung) karena adanya komplikasi pneumonia dari bakteri Acinetobacter baumannii, pasca operasi di paru-parunya & nafasnya hampir nihil . Ventilatornya selama ini dipasang via mulut, sudah di pindah ke trachea (tracheatomy) per 1 Jan 2014 lalu.

    Kata dokter syaraf nya, katanya syaraf motorik diaphragma nya tidak terkena injury, nafasnya yang lemah hanya akibat pneumonia. Katanya lagi, kondisi tidak adanya kesadaran juga disebabkan karena pasokan oksigen yang kurang ke otak, sementara kondisi otaknya sendiri tidak mengalami injury.

    Saya sangat ingin mengkonfirmasikan hal-hal ini ke dokter-dokter ahli bedah syaraf tulang belakang lainnya. Tapi saya tidak mengerti caranya dan tidak tahu dokter mana yang harus saya rujuk. Saya cuma searching literature/abstrak medis dari google mengenai hal ini.

    Mungkin Mas Gomby atau yang lainnya bisa memberikan pencerahan.

    Terimakasih banyak sebelumnya,

    Salam sehat & salam sejahtera,

    Dian Sundari

    • gomby Says:

      Dear Mbak Dian,
      Maaf baru reply. Pertama-tama saya ikut prihatin atas kondisi yang dialami oleh Kakaknya. Semoga segera diberikan kesehatan seperti sediakala. Amin.
      Kebetulan saya dioperasi oleh dr. Beny AW SpBS, mungkin beliau adalah dokter bedah saraf paling senior di Bandung, yang masih melakukan pembedahan. Saya menjalani operasi di RS Boromeus, karena kebetulan dr. Beny praktek di sana. Selain praktek di Boromeus, dr. Beny pun praktek di RSHS & RS Sentosa di Kebonjati. Sekiranya perlu berkonsultasi, silahkan cek jadwal prakteknya di RS-RS tersebut.
      Maaf cuma itu yang bisa saya bantu. Dan semoga bermanfaat.

      Salam, Bambang Mujiono

      PS : di FB ada group “Indonesia Peduli Chiari Malformation 1 & Syringomyelia” di group tersebut kami para penderita CM saling berbagi. Silahkan bergabung dan berdiskusi di dalamnya.

      • cindy Says:

        Saya mau tanya, apa keluhan bapak sebelum dianjurkan untuk melakukan MRI? Karena saya selalu merasakan sakit yg luar biasa di kepala saya pada saat saya ketawa terbahak bahak dan saya harus stop ketawa untuk menghilangkan rasa sakit itu. Apakah itu salah satu ciri ciri penderita chiari malformation?

      • gomby Says:

        @Cindy, klu yang saya rasakan klu batuk, sakit dari leher sampai kepala, terus berlanjut dari leher sampai ke ujung jari. Tapi hanya yang sebelah kanan saja. Silahkan joint di group facebook saja, di sana sudah banyak anggotanya jadi bisa saling bertukar pendapat.

  15. adek Says:

    Halo semua
    Saya jg pendrita syringomelya tp smpai hour ini blm melakukan tindakan apapun. Yang 1 krn tkt dgn opersi,yk k2 jg krn biaya yk besar.mohon info ny untk biaya keseluruhan dan dokter yk terbaik.terima ksih kwn

  16. syahril Says:

    mas gomby saya minta no telp dan alamat mas gomby dong??? saya juga menderita penyakit yg sma dengan mas gomby saya ingin sharing dengan mas gomby….

  17. texno Says:

    Salam kenal mas gomby…, saya texno smlm baca testimoni ini, saya jg mengalami sryngomylia yang baru tahu awal maret ini setelah MRI saya dibaca prof Yusuf Misbach di jkt, dan hrs segera bedah spt mas gomby krn srynx udah besar. (Sejak 2006 saya periksa2 dan cari2 penyakitnya baru ketemu skrg). sy membutuhkan sharing info2 dari mas gomby dan teman2 lain sebelum memutuskan. Bgmn kondisi skrg mas gomby setelah operasi ?

    • gomby Says:

      @Texno, perkenalkan, nama saya Bambang Mujiono. Sebagai media informasi sesama pengidap CM1 & Syringomyelia, di FB ada group “Indonesia Peduli Chiari Malformation 1 & Syringomyelia” di group tersebut kami para penderita CM saling berbagi. Silahkan bergabung dan berdiskusi di dalamnya.

      • texno Says:

        Trims byk mas bambang atas perhatianya,.. sdh coba cari grupnya di FB kok nggak ketemu ya, bisa dibantu gabung gak mas, FB saya “Texno Bn”

  18. gomby Says:

    @Texno, saya request freind di Facebook, tolong di-accept. Tks.

    • tika Says:

      Mas gomby, mama saya 58th menderita penyakit ini. Chiari 1 malformation syringmelia c4-c7. Rencana tanggal 4 ini mau konsul ke dr eka. Sy pengen gabung di fb page. Sepertinya sy td dah request deh. Mohon diaccept ya

      • Jijah Karmilah Says:

        Assalamualaikum, mba TIka,
        jika saya boleh merekomendasikan, coba konsul ke-dua dokter 1. dr. Spesialis syaraf dr. Alfi kemudian ke dokter Spesialis Bedah Syaraf dr. Ibnu Benhadi (salahsatu tempat tugas mereka di RSUD Cengakreng Jakbar). saya pernah menjadi pasien mereka dan luar biasa hasilnya. semoga bermanfaat
        Jizah Karmilah

    • mentaritho Says:

      Malam saya bs gabung grupnya saya ingin bertanya lbh lengkap seputar penyakit ini soalnya ayah saya barusan tadi di diagnosa penyakit arnold chiari ini.. dan benar2 saya ga tau hrs berbuat apa selain bdoa krn kata dokter ayah saya hny bs dioperasi tpi hasilnya ga 100 % bahkan kemungkinan lumpuh atw paling fatalnya meninggal dunia😦
      nama FB saya Mentaritho

      • Jijah Karmilah Says:

        Selamat malam,
        Yth Sahabat disana, saya turut bersedih dengan kondisi ayahnya semoga apapun dalam keadaan baik2 saja.
        saya salahsatu mantan pasien yg mengalami operasi tulang belakang hingga harus di pangkas sebagian ruas tulang dan diganti dengan pen. namun mungkin diagnosanya berbeda. saya terkena peradangan tulang karena efek dari maag akut hingga ke paru2 dan diagnosanya spondilitis TB (maaf jika salah penulisannya). kondisi saya sblm operasi jauh lebih buruk, setiap sel2 badan terasa sakit yang sangat karena penyakit yg terlanjur lama tdk terkontrol. dan dokter memilihkan anjuran hrs operasi dan dokterpun tdk menjanjikan sembuh sampai 100%, katanya pasti ada beberapa perubahan. tapi saat itu saya tdk peduli dengan hasil akhir yg penting saya berobat yg terbaik. dan Alhamdulillah akhirnya hasil operasi saya sukses dan saya bisa bebas dari rasa sakit. saran saya… jika ayahnya yg sudah didiagnosa ada kelainan pada tulang belakang dengan gejala sakit yang luar biasa, ikuti saja apa saran dokter sambil berdoa yg terbaik. namun jika ayahnya tdk dalam keadaan rasa sakit dan bisa bertahan, cari saja solusi lain yg minimal bisa menambah daya tahan tubuh ayahnya. semoga bermanfaat

  19. Jijah Karmilah Says:

    Yth Writer,
    saya salahsatu yang mengalami operasi tulag belakang pada ahir tahun 2012, sepeertinya kondisi teman2 msh jauh lebih baik dari yang saya alami, sampe saya harus ada ruas tulang dan beberapa bagiannya di buang dan diganti dengan titanium, dan saya harus terus beradaptasi dengan titanium permanen yang bakal terpasang di tulang belakang saya. dan saya sampe mengalami sakit yg sangat dan tdk bisa berjalan sebelum operasi. tapi alhamdulillah tindak operasi yg begitu berat ternyata jalan terbaik utk saya dan kondisipun lebih baik daripada sebelum operasi walaupun ada beberapa efek opr yang tdk bisa pulih secara normal.
    teman2 jika ada yg mau sharing dan berbagi ada fb saya Jizah Karmilah
    salam untuk writer

  20. gomby Says:

    Bagi yang ingin bergabung dengan group : “Indonesia Peduli Chiari Malformation 1 & Syringomyelia”… Silahkan berkunjung ke https://www.facebook.com/groups/153915451319180/

  21. Elvira Maya Says:

    Asalamu’alaikum n slmt malam , mas gomby saya sdh kirim permintaan u gabung di group mohon di accept .saya mau sharing,namun mungkin kasusnya berbeda.saya punya paman dengan keluhan tumbuh tumor di rongga tulang belakang tepatnya di leher C4-C5 ,yg memyebabkan kelumpuhan pada kaki kanan n kaku pada tangan kanan.MRI pertama kami lakukan di malaysia ,menurut dokter di sana menyarankan harus segera operasi untuk mengangkat tumor yg tumbuh tsb,karena sudah menekan saraf di rongga.krn alasan tertentu ,operasi kami lakukan di indonesia,setelah operasi keadaan paman mulai membaik,namun 3 minggu stlh itu kondisi paman kembali memburuk dan bahkan meyebabkan kelumpuhan total .Setelah di MRI ulang ,tumor tsb menurut dokter masih tersisa,dan di anjurkan untuk melakukan operasi ke 2,Saya mhn sharing dari tmn2 group yg mungkin punya pengalaman dr klrg atw saudara dg kasus spt ini.timakasih sebelumnya

Tinggalkan Balasan ke gomby Batalkan balasan